Sabtu, 28 Mei 2016

Sosok Gadis Aska

Entah ada angin apa, ketika  tidak sengaja aku melintas di depan sebuah Sekolah Dasar perhatian ku tertuju ke seorang gadis kecil berseragam putih merah yang menyandang sebuah ransel hitam di bahu nya. Saat itu keadaan sedang ramai-ramainya, karena memang merupakan waktu bubar sekolah. Banyak orang tua murid yang berbondong-bondong menjemput buah hati nya, dari pejalan kaki, kendaraan beroda dua sampai ke kendaraan beroda empat.

Mungkin, hal ini lah yang membuat ku tertarik pada sosok gadis kecil itu. Dikala teman-temannya bermanja-manja dengan orang tua nya, langkah kecilnya berayun sendiri menyusuri jalan gang di samping sekolah. Tak ada langkah yang gontai, apa lagi lesu yang ku lihat. Gadis kecil itu melangkah dengan riang, sambil sesekali menaikkan tali ransel yang melorot dari bahu nya di kala ia berlari-lari kecil.

Aku terus mengikuti langkah gadis kecil itu dengan mengendarai si hitam, cukup jauh jarak yang ditempuh gadis kecil itu, sampai kemudian langkah kecilnya berbelok menuju jalan setapak sempit yang berada di antara dua baris rumah bedengan (kontrakan).

Sampai di sini, aku terpaksa harus turun dan memarkirkan si hitam di tepi jalan. Rasa penasaran ku terus membawa ku mengikuti langkah kecil itu. Huft... jalan setapak ini begitu becek karena deras nya hujan yang melanda semalam. "sudah kepalang tanggung!", ujar ku dalam hati, dan kemudian meneruskan langkah mnyusuri jalan setapak ini.

Aku berdiri tersembunyi di sisi rumah bedengan, ketika ku lihat langkah itu berhenti di depan sebuah pintu, yang terletak di bawah rumah panggung (Rumah kayu tinggi bertiang-red). Kalau menurut analisa ku, tinggi tiang penyanggah rumah tinggi (yang ternyata merupakan rumah gadis kecil itu-red) hanya sekitar dua meter. Hmm... bisa aku bayangkan kan betapa pengapnya di dalam rumah itu bila dalam cuaca panas.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu itu terbuka. Gadis kecil itu menyalami tangan seorang wanita separuh baya yang sepertinya adalah ibu nya. Setelah bercengkrama sebentar, sosok gadis kecil itu pun hilang saat ia masuk ke dalam rumah.

Sesaat aku berpikir untuk melangkah pulang meninggalkan tempat ku berdiri dan mengamati, tetapi aku mengurungkan niat ku ketika ku lihat gadis kecil itu keluar kembali dari pintu dengan membawa sebuah bakul kecil bertutup serbet. Ia sudah berganti pakaian, dan sekali lagi ia menyalami tangan ibu nya, kemudian memakai sandal jepit  dan berjalan menuju jalan setapak di samping rumah.

Ketika ku lihat pintu rumah nya kembali tertutup, aku kemudian bergegas mengikuti langkah gadis kecil itu. Ya Tuhan... langkah kecil itu begitu cepat meninggalkan langkah ku yang kepayahan berjibaku dengan tanah becek nan licin. Sampai akhirnya aku kehilangan jejak...

Dengan susah payah aku menundukkan jalan becek nan licin itu, sampai kemudian aku mendapati kalau  langkah ku berakhir  di pinggiran rel kereta api. Aku masih berusaha mengitari pandangan ku mencari sosok gadis kecil itu di antara anak-anak lainnya yang juga menyandang bakul atau kotak, hmm... ternyata mereka adalah anak-anak berprofesi pedagang aska (aska-asongan kereta api).

Aku mengangguk-anggukan kepala ku tanda mengerti dan yakin kalau gadis kecil itu juga merupakan bagian dari anak-anak pedagang aska, tapi sayang.. sampai akhirnya aku meninggalkan  kawasan pinggiran rel kereta api,  aku tidak melihat lagi sosok gadis aska itu.

0 komentar :

Posting Komentar

 
;