Bersiaplah para pengganti....
Gigi ku bergemeretak menahan tubuh yang menggigil kedinginan.
Berselimutkan gelap bersama pakaian yang basah kuyup oleh hujan. "Ooh,,
di mana aku sekarang?", sebuah tanya terlontar dari bibir keluh ku dan
tak akan pernah aku temu kan jawab nya.
Seketika sebuah bulir air bening mengalir menghangatkan wajah ku
berbarengan dengan langit yang bergemuruh bersahut-sahutan dengan
kilatan petir yang sesekali memberikan bias cahaya dalam gelap ku.
Aku membuka mata, mencoba menemu kenali keadaan di sekitar ku. Ku duduk
meringkuk memeluk ransel agar bisa lebih menghangatkan tubuh, merasa kan
dinding yang lembab di sebelah ku.
Bias cahaya petir yang masuk dari jendela kecil sesaat memberikan gambaran tentang di mana aku berada, "hmmm,, sebuah rumah tua yang sudah terlalu lama tak terjamah", ujar ku sambil terus melihat ke sekeliling.
Bulir air mata ku kembali mengalir di pipi, mengingat apa yang terjadi
beberapa saat lalu. Saat di mana aku duduk nyaman di dalam bis menuju
ke Palembang kota kelahiran ku. Dengan ditemani suara musik sendu yang
mengalun dari mp3 player ku, aku mendengarkan percakapan dua orang
laki-laki yang berumur separuh baya di kursi depan. Dengan logat bahasa
daerah yang kental, mereka membicarakan tentang makhluk misterius yang
sering menampakkan diri di jalan lintas antara Inderalaya-Palembang.
Aku sedikit tertarik dengan percakapan tersebut, sambil menurunkan
volume mp3 player ku, aku pun memasang telinga agar bisa menangkap
dengan jelas percakapan yang rada horor tersebut.
"Rupa nya bagaimana?", tanya laki-laki yang duduk di bagian kanan dekat
jendela. "Entah lah, menurut orang-orang yang pernah melihat, rupa nya
berbeda-beda, tapi yang pasti ia berpakaian serba hitam. Hanya orang
tertentu yang bisa melihatnya", jawab laki-laki yang kemudian
terbatuk-batuk terhirup asap rokoknya sendiri. "Ssst, makhluk ini sering
meminta korban yang konon si korban akan di hirup darah nya sampai
habis tak bersisa", ujarnya dengan setengah berbisik seakan-akan takut
ada yang mendengarkan.
Aku tersenyum kecut saat kedua laki-laki tersebut mengalihkan tema
obrolannya. Dengan kembali menaikkan volume mp3 player yang menandakan
acara menguping percakapan ku telah selesai. Aku menatap sang senja yang
kelam karena terselimut hujan lebat dari jendela bis, pikiran ku
melayang ke percakapan kedua laki-laki tadi. Apakah benar ada makhluk
misterius yang menurut ku dari gambaran cerita hampir menyerupai sosok
vampire atau drakula yang sering ada di film-film? tanya ku kepada diri
sendiri. "Aah,, drakula kan hanya tokoh utama dari novel fiksi karya
Bram Stoker yang konon lemah terhadap bawang putih dan salib. Hmm,,
kalau drakula nya ganteng kayak Robert Pattison si pemeran Edward Cullen
dalam film Twilight mesti deh aku bakal minta tanda tangan kalau ia
menampakkan diri!", ujar ku sambil tersenyum sendiri saat pikiran ku
bermain dalam khayalan.
"Apa itu!!!", seluruh penumpang tersentak bersama dengan teriakkan pak
sopir dan injakkan rem secara mendadak. Suasana yang hening mendadak
menjadi ramai, seorang bayi pun menyumbangkan tangisnya. "Ada apa
bang?", tanya kernet bis yang langsung menuju ke bagian depan. "Tak
taulah aku, tadi ada sesuatu yang hitam terbang melintas!", ujar pak
sopir dengan logat Medan nya. "Bapak Ibu semua tenang! kita akan segera
melanjutkan perjalanan!", ujar pak sopir sambil menginjak pedal gas
dengan pelan. Seluruh penumpang kembali tenang, sang kernet kembali pada
posisi nya di pintu belakang, hanya suara tangis bayi masih terdengar.
Aku menghela nafas panjang, merasa kan dingin yang menjalar di seluruh
tubuh. Suasana sunyi, hampa seperti ini membuat ku merinding. "Oh
Tuhan!", suara ku tercekat hanya sampai tenggorokkan ketika mendapati
bangku di samping ku yang tadinya kosong sekarang telah diduduki oleh
seseorang bertubuh tinggi berbalut pakaian hitam legam. "Semoga ini
hanya halusinasi ku!", ujar ku mencoba berteriak, tapi teriakkan ku sama
sekali tak mengeluarkan suara. Seluruh tubuh terasa kaku hanya dingin
yang semakin menusuk ke tulang.
Sosok berpakaian hitam di sebelah ku diam tak bergeming seperti manekin
yang ada di toko-toko. Suasana begitu tenang, seluruh penumpang bermain
dengan perasaannya sendiri-sendiri bersama gelapnya senja yang berganti
malam. Tak ada yang merasakan kehadiran sosok yang duduk di sebelah ku
kecuali aku dan bayi yang sampai sekarang terus menangis.
"Berhenti di sini pak!", teriak ku menggema. Aku sendiri terperanjat
akan apa yang aku ucapkan, lidah yang keluh tadi seakan-akan hilang
begitu saja. Pak sopir segera meminggirkan bis ke tepi jalan, seluruh
penumpang seluruhnya memandang ku dengan pandangan aneh, seaneh apa yang
aku rasa kan. Tubuh ku seolah-olah bergerak sendiri, memanggul ransel
di punggung dan berjalan menuruni bis di ikuti sosok berpakaian hitam.
Aku mendapati diri ku turun di tepi jalan di tengah-tengah hamparan
padang rumpun rumput purun di rawa-rawa yang luas. Sang hujan menyambut
ku bersama senyum sosok berpakaian hitam. "Siapa kamu?", ujar ku
memberanikan diri untuk melontarkan tanya.
Sosok berpakaian hitam dan mempunyai wajah pucat itu tersenyum dingin,
sedingin hujan yang meresap di pakaian ku. "Jika kamu drakula, aku akan
memberi mu bawang putih dan salib, kamu takut kan?"sekali ini aku
berteriak menantang, tapi sosok berpakaian hitam itu kembali tersenyum.
"Siapa Tuhan mu?", suara yang lantang dari sosok berpakaian hitam
tersebut membuat ku terperanjat. "Allah SWT !", jawab ku ringkas dan
juga lantang. "Apakah makhluk Allah SWT percaya akan bawang putih dan
salib?", tanya nya dengan suara yang tak kalah lantang.
Aku terdiam, selintas teringat bahasan bersama teman-teman saat
merencanakan menonton film Twilight beberapa waktu yang lalu. Teringat
saat Muhdi berbicara dengan lantang nya bahwa film drakula itu hanya
kebohongan yang dilakukan dunia barat untuk mengaburkan dan
menyelewengkan sejarah drakula yang sebenarnya. Teringat saat Muhdi
berbicara dengan berapi-api agar kami kembali mempelajari sejarah
pembantaian umat Islam dalam perang salib yang dipimpin oleh Drakula
sebagai salah satu panglima perang nya. "Ayolah Muhdi,, jangan terlalu
serius begitu,, ini hanya sebuah film!", ujar ku sedikit membantah,
diikuti anggukkan dari teman-teman yang lain. "Menurut ku ini bukan
sekedar film, ini adalah salah satu cara dunia barat guna menutup kedok
kekejaman mereka dan menyembunyikan siapa sosok sebenarnya Drakula, dan
seperti nya mereka berhasil! bisa di lihat dari seberapa banyak
masyarakat khusus nya umat Islam sendiri yang mengetahui siapa
sebenarnya Drakula. Dan keberhasilan ini terlihat nyata ketika sebuah
kenyataan berhasil berubah menjadi suatu cerita fiksi", ujar Muhdi
menutup bahasan yang berakhir gagal nya kami menonton film yang begitu
tenar tersebut.
Aku merasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh. Seketika aku bergerak
refleks berlari menjauh dari sosok berpakaian hitam tersebut. Derasnya
hujan dan licinnya tepi jalan yang hanya diterangi dengan cahaya dari
kendaraan beroda besar yang melintas tak menjadi halangan ku untuk
berlari sekencang-kencang nya. Dengan nafas yang tersenggal-senggal aku
berharap ada sebuah bis yang datang menjemput ku, tetapi itu hanya
khayalan, ini sudah terlalu malam untuk mengharap ada sebuah bis yang
datang.
Kaki ku terus berlari tanpa melihat kembali ke belakang. Nyali ku
terlalu kecil untuk memandang sosok berpakaian hitam. Ransel di pundak
ku terasa semakin berat, nafas ku memburu semakin tak beraturan ditemani
suara guruh yang bersahut-sahutan di angkasa yang kelam. Aku hampir
putus asa untuk terus berlari sampai akhirnya aku menemukan sebuah
bangunan yang tertutup tinggi nya rerumputan.
Gigi ku kembali bergemeretak menahan dingin, ku peluk erat ransel ku
sambil berharap rasa dingin sedikit menjauh. Ku keluarkan handphone ku
yang sama sekali tak menunjukkan ada nya signal, "hmm,, baru pukul 23.30
wib dan sepertinya aku harus bermalam di sini" ujar ku dalam hati
sambil bersandar di dinding yang lembab.
Hujan yang diiringi suara guruh yang bersahut-sahutan dan petir membuat
ku mempererat pelukkan ke ransel. Ku coba memejamkan mata, dan berharap
pagi akan segera datang agar aku segera terbangun dari mimpi buruk yang
terlalu panjang ini. Aku menghela nafas panjang, merasa kan dingin yang
menjalar di seluruh
tubuh. Suasana sunyi, hampa seperti ini membuat ku merinding. "Oh
Tuhan!", suara ku tercekat hanya sampai tenggorokkan ketika mendapati
sosok berpakaian hitam itu telah ada di hadapan ku kembali.
--------
Hanya tulisan yang terinspirasi ketika kemalaman di bis rute Prabumulih-Palembang
14 Juli 2012