Minggu, 04 Oktober 2015

Sosok Berpakaian Hitam

Jiwa yang lama segera pergi...
Bersiaplah para pengganti....
Gigi ku bergemeretak menahan tubuh yang menggigil kedinginan. Berselimutkan gelap bersama pakaian yang basah kuyup oleh hujan. "Ooh,, di mana aku sekarang?", sebuah tanya terlontar dari bibir keluh ku dan tak akan pernah aku temu kan jawab nya.
Seketika sebuah bulir air bening mengalir menghangatkan wajah ku berbarengan dengan langit yang bergemuruh bersahut-sahutan dengan kilatan petir yang sesekali memberikan bias cahaya dalam gelap ku.
Aku membuka mata, mencoba menemu kenali keadaan di sekitar ku. Ku duduk meringkuk memeluk ransel agar bisa lebih menghangatkan tubuh, merasa kan dinding yang lembab di sebelah ku. 

Bias cahaya petir yang masuk dari jendela kecil sesaat memberikan gambaran tentang di mana aku berada, "hmmm,, sebuah rumah tua yang sudah terlalu lama tak terjamah", ujar ku sambil terus melihat ke sekeliling.
Bulir air mata ku kembali mengalir di pipi, mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu. Saat di mana aku duduk nyaman di dalam bis  menuju ke Palembang kota kelahiran  ku. Dengan ditemani suara musik sendu yang mengalun dari mp3 player ku, aku mendengarkan percakapan dua orang laki-laki yang berumur separuh baya di kursi depan. Dengan logat bahasa daerah yang kental, mereka membicarakan tentang makhluk misterius yang sering menampakkan diri di jalan lintas antara Inderalaya-Palembang.
Aku sedikit tertarik dengan percakapan tersebut, sambil menurunkan volume mp3 player ku, aku pun memasang telinga agar bisa menangkap dengan jelas percakapan yang rada horor tersebut.
"Rupa nya bagaimana?", tanya laki-laki yang duduk di bagian kanan dekat jendela. "Entah lah, menurut orang-orang yang pernah melihat, rupa nya berbeda-beda, tapi yang pasti ia berpakaian serba hitam. Hanya orang tertentu yang bisa melihatnya", jawab laki-laki yang kemudian terbatuk-batuk terhirup asap rokoknya sendiri. "Ssst, makhluk ini sering meminta korban yang konon si korban akan di hirup darah nya sampai habis tak bersisa", ujarnya dengan setengah berbisik seakan-akan takut ada yang mendengarkan.
Aku tersenyum kecut saat kedua laki-laki tersebut mengalihkan tema obrolannya. Dengan kembali menaikkan volume mp3 player yang menandakan acara menguping percakapan ku telah selesai. Aku menatap sang senja yang kelam karena terselimut hujan lebat dari jendela bis, pikiran ku melayang ke percakapan kedua laki-laki tadi. Apakah benar ada makhluk misterius yang menurut ku dari gambaran cerita hampir menyerupai sosok vampire atau drakula yang sering ada di film-film? tanya ku kepada diri sendiri. "Aah,, drakula kan hanya tokoh utama dari novel fiksi karya Bram Stoker yang konon lemah terhadap bawang putih dan salib. Hmm,, kalau drakula nya ganteng kayak Robert Pattison si pemeran Edward Cullen dalam film Twilight mesti deh aku bakal minta tanda tangan kalau ia menampakkan diri!", ujar ku sambil tersenyum sendiri saat pikiran ku bermain dalam khayalan.
"Apa itu!!!", seluruh penumpang tersentak bersama dengan teriakkan pak sopir dan injakkan rem secara mendadak. Suasana yang hening mendadak menjadi ramai, seorang bayi pun menyumbangkan tangisnya. "Ada apa bang?", tanya kernet bis yang langsung menuju ke bagian depan. "Tak taulah aku, tadi ada sesuatu yang hitam terbang melintas!", ujar pak sopir dengan logat Medan nya. "Bapak Ibu semua tenang! kita akan segera melanjutkan perjalanan!", ujar pak sopir sambil menginjak pedal gas dengan pelan. Seluruh penumpang kembali tenang, sang kernet kembali pada posisi nya di pintu belakang, hanya suara tangis bayi masih terdengar.
Aku menghela nafas panjang, merasa kan dingin yang menjalar di seluruh tubuh. Suasana sunyi, hampa seperti ini membuat ku merinding. "Oh Tuhan!", suara ku tercekat hanya sampai tenggorokkan ketika mendapati bangku di samping ku yang tadinya kosong sekarang telah diduduki oleh seseorang bertubuh tinggi berbalut  pakaian hitam legam. "Semoga ini hanya halusinasi ku!", ujar ku mencoba berteriak, tapi teriakkan ku sama sekali tak mengeluarkan suara. Seluruh tubuh terasa kaku hanya dingin yang semakin menusuk ke tulang.
Sosok berpakaian hitam di sebelah ku diam tak bergeming seperti manekin yang ada di toko-toko. Suasana begitu tenang, seluruh penumpang bermain dengan perasaannya sendiri-sendiri bersama gelapnya senja yang berganti malam. Tak ada yang merasakan kehadiran sosok yang duduk di sebelah ku kecuali aku dan bayi yang sampai sekarang terus menangis.
"Berhenti di sini pak!", teriak ku menggema. Aku sendiri terperanjat akan apa yang aku ucapkan, lidah yang keluh tadi seakan-akan hilang begitu saja. Pak sopir segera meminggirkan bis ke tepi jalan, seluruh penumpang seluruhnya memandang ku dengan pandangan aneh, seaneh apa yang aku rasa kan. Tubuh ku seolah-olah bergerak sendiri, memanggul ransel di punggung dan berjalan menuruni bis di ikuti sosok berpakaian hitam.
Aku mendapati diri ku turun di tepi jalan di tengah-tengah hamparan padang rumpun rumput purun di rawa-rawa yang luas. Sang hujan menyambut ku bersama senyum sosok berpakaian hitam. "Siapa kamu?", ujar ku memberanikan diri untuk melontarkan tanya. 
Sosok berpakaian hitam dan mempunyai wajah pucat itu tersenyum dingin, sedingin hujan yang meresap di pakaian ku. "Jika kamu drakula, aku akan memberi mu bawang putih dan salib, kamu takut kan?"sekali ini aku berteriak menantang, tapi sosok berpakaian hitam itu kembali tersenyum.
"Siapa Tuhan mu?", suara yang lantang dari sosok berpakaian hitam tersebut membuat ku terperanjat. "Allah SWT !", jawab ku ringkas dan juga lantang. "Apakah makhluk Allah SWT percaya akan bawang putih dan salib?", tanya nya dengan suara yang tak kalah lantang.
Aku terdiam, selintas teringat bahasan bersama teman-teman saat merencanakan menonton film Twilight beberapa waktu yang lalu. Teringat saat Muhdi berbicara dengan lantang nya bahwa film drakula itu hanya kebohongan yang dilakukan dunia barat untuk mengaburkan dan menyelewengkan sejarah drakula yang sebenarnya.  Teringat saat Muhdi berbicara dengan berapi-api agar kami kembali mempelajari sejarah pembantaian umat Islam dalam perang salib yang dipimpin oleh Drakula sebagai salah satu panglima perang nya. "Ayolah Muhdi,, jangan terlalu serius begitu,, ini hanya sebuah film!", ujar ku sedikit membantah, diikuti anggukkan dari teman-teman yang lain.  "Menurut ku ini bukan sekedar film, ini adalah salah satu cara dunia barat guna menutup kedok kekejaman mereka dan menyembunyikan siapa sosok sebenarnya Drakula, dan seperti nya mereka berhasil! bisa di lihat dari seberapa banyak masyarakat khusus nya umat Islam sendiri yang mengetahui siapa sebenarnya Drakula. Dan keberhasilan ini terlihat nyata ketika sebuah kenyataan berhasil berubah menjadi suatu cerita fiksi", ujar Muhdi menutup bahasan yang berakhir gagal nya kami menonton film yang begitu tenar tersebut.
Aku merasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh. Seketika aku bergerak refleks berlari menjauh dari sosok berpakaian hitam tersebut. Derasnya hujan dan licinnya tepi jalan yang hanya diterangi dengan cahaya dari  kendaraan beroda besar yang melintas tak menjadi halangan ku untuk berlari sekencang-kencang nya. Dengan nafas yang tersenggal-senggal aku berharap ada sebuah bis yang datang menjemput ku, tetapi itu hanya khayalan, ini sudah terlalu malam untuk mengharap ada sebuah bis yang datang.
Kaki ku terus berlari tanpa melihat kembali ke belakang. Nyali ku terlalu kecil untuk memandang sosok berpakaian hitam. Ransel di pundak ku terasa semakin berat, nafas ku memburu semakin tak beraturan ditemani suara guruh yang bersahut-sahutan di angkasa yang kelam. Aku hampir putus asa untuk terus berlari sampai akhirnya aku menemukan sebuah bangunan yang tertutup tinggi nya rerumputan. 
Gigi ku kembali bergemeretak menahan dingin, ku peluk erat ransel ku sambil berharap rasa dingin sedikit menjauh. Ku keluarkan handphone ku yang sama sekali tak menunjukkan ada nya signal, "hmm,, baru pukul 23.30 wib dan sepertinya aku harus bermalam di sini" ujar ku dalam hati sambil bersandar di dinding yang lembab. 
Hujan yang diiringi suara guruh yang bersahut-sahutan dan petir membuat ku mempererat pelukkan ke ransel. Ku coba memejamkan mata, dan berharap pagi akan segera datang agar aku segera terbangun dari mimpi buruk yang terlalu panjang ini. Aku menghela nafas panjang, merasa kan dingin yang menjalar di seluruh tubuh. Suasana sunyi, hampa seperti ini membuat ku merinding. "Oh Tuhan!", suara ku tercekat hanya sampai tenggorokkan ketika mendapati sosok berpakaian hitam itu telah ada di hadapan ku kembali.
--------
Hanya tulisan yang terinspirasi ketika kemalaman di bis rute Prabumulih-Palembang 
14 Juli 2012
 
;